
Perkembangan industri sawit yang pesat mengikuti kebutuhan dunia akan CPO menyebabkan semakin luasnya lahan yang dibutuhkan. Akibat hal ini banyak aktivis lingkungan yang menghawatirkan keseimbangan alam akan terganggu.
Sebenarnya kekhawatiran mereka cukup beralasan, karena semakin banyak kasus manusia-manusia yang serakah dengan alam dan pembakaran hutan yang miris, hingga asapnya pun menganggu lingkungan udara negara tetangga.
Namun, apakah itu pasti disebabkan oleh perkebunan sawit, kita harus bijak dan teliti dengan benar. Banyak ketidakseimbangan alam itu disebabkan oleh penebangan hutan secara liar, yang dampaknya dirasakan sampai sekarang, atau kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran hutan.
Dampak penebangan liar tersebut justru bisa diatasi dengan memanfaatkan lahannya sebagai perkebunan kelapa sawit yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan menjadikan lahan sebagai kebun sawit, akan membantu pemulihan lingkungan. Tentu saja jika pada pelaksanaannya sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku. Misalnya, tidak menanam satu jenis dalam jumlah besar dengan luas tertentu, karena bisa mengubah flora dan fauna setempat. Sawit pun dapat mengurangi pelepasan CO2 (tersangka utama penyebab pemanasan bumi) dan dapat menyumbang O2 dalam jumlah besar.
Memang awalnya lahan yang dibuka untuk perkebunan sawit tampak gersang, karena lahan tersebut dibersihkan dulu. Tapi dalam waktu delapan bulan setelah lahan dibuka, seluruhnya akan tertutupi oleh tanaman legume (kacang-kacangan). Dengan demikian perkebunan kelapa sawit bisa membantu mengurangi kecepatan pemanasan global, asal dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.
Sumber: Perkebunan Kelapa Sawit Vs Disharmoni Alam (John Rubby) di kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar