بِسْـــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم


Selamat Datang diBlogger yang sederhana ini Di Kembangkan oleh Kholik The Blues

Rabu, 27 Oktober 2010

Selamat Jalan Mbah Maridjan!


Holic Chelsea - detikNews

Mbah Maridjan meninggal dunia. Dia yang dikenal perkasa akhirnya luruh dalam takdirNya. Sang mbah tahu kodrat itu. Dia patuh dan sadar sebagai abdi wajib mengabdi. Pengabdian itu yang dijalankan hingga akhir hayat.


Berbulan-bulan bergolak, akhirnya Gunung Merapi meletus. Melepaskan gemuruh perutnya untuk mengurangi lava yang dikandungnya. Gunung teraktif di dunia ini muntah. Muntahan itu yang membawa korban jiwa, termasuk Mbah Maridjan.

Entah kenapa, ketika mendengar kabar Mbah Maridjan meninggal, hati ini seperti sembilu. Suasana melankolis menjebak. Terasa ada yang hilang tak bakal kembali.

Mbah Maridjan adalah pribadi yang kukuh sekaligus humoris. Dia gampang bergaul dengan siapa saja dan dari kalangan apa saja. Dia tidak membuat jarak. Padahal banyak yang mengkultuskan karena jabatannya sebagai juru kunci Gunung Merapi yang dimistiskan, dan 'menselebritiskan' sang mbah ketika membintangi iklan produk.

Keakraban dan humorisnya sang mbah jangan dikira sebagai cerminan dia gampang kompromi. Dia adalah tipe orang yang sulit dipengaruhi, terutama jika untuk tujuan tidak baik. Di balik kalimat-kalimat jenakanya, sang mbah sangat tegas bersikap.

Itu terjadi ketika lumpur Lapindo menggelegak. Ada serombongan orang datang meminta tolong. Mbah Maridjan jujur bilang dia tidak bisa melakukan itu. "Saya ini juru kunci gunung, saya tidak bisa menyumbat keluarnya lumpur," jawab Mbah Maridjan dalam bahasa Jawa.

Gagal mempengaruhi Mbah Maridjan, rombongan itu datang lagi sebulan kemudian. Kali ini bukan dengan orang yang sama, tetapi melalui perantara yang mempunyai kedekatan khusus dengan sang mbah. Apa jawabnya? "Pokoke aku emoh metu teko kene. (Pokoknya aku tidak mau meninggalkan lereng Gunung Merapi). " 

Kini orang yang mempunyai keteladanan itu telah tiada. Kepergiannya membawa kemuliaan. Mbah Maridjan memberi penyadaran terhadap kita, terutama orang-orang Jawa yang sudah hilang 'kejawaannya'. Macan mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gadingnya. Dan manusia mati meninggalkan namanya. Mbah Maridjan meninggalkan nama itu. Nama harum. 

Selamat jalan mbah, semoga Gusti Allah menerima amalan mbah, dan mengampuni dosa-dosa Mbah Maridjan.*)



Holic Mahasiswa Faperta Unlam Bjb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Nur kholik by SEBAMBAN 4 C |>